Minggu, 22 April 2012

SOROT : Asal Usul Julukan "Si Cengeng"

"Dia Tersedu Bagaikan Anak Kecil Yang Mainannya Disita" 

Inilah kilasan kedua dari buku terbaru Luca Caioli, "Ronaldo: The Obsession for Perfection". Kali ini membahas tentang julukan yang didapat sang bintang semasa kecil.

Cristiano Ronaldo at Sporting


Berikut adalah kupasan buku baru Luca Caioli, "Ronaldo: The Obsession for Perfection", yang menggambarkan prestasi fenomenal seorang anak miskin dari Madeira dan menjadi seorang megabintang dari Sporting Lisbon, Manchester United, hingga Real Madrid.

Saat berusia enam tahun, Cristiano mulai melangkahkan kaki di dunia sepakbola. Sepupunya Nuni bermain untuk Andorinha dan Cristiano telah beberapa kali berkunjung ke klub itu bersama sang ayah. Nuno mengajaknya datang dan bermain, kemudian bertanya apakah ingin bergabung dengan tim. Cristiano pun ikut berlatih dan memutuskan untuk mencoba menekuni sepakbola.

Dolores dan Dinis senang dengan keputusan itu karena mereka mencintai sepakbola. Dinis dan anak sulungnya, Hugo, fans Benfica, sementara Dolores mengagumi Luis Figo dan Sporting Lisbon.

Musim 1994/95, Cristiano Ronaldo dos Santos Aveiro yang berumur sembilan tahun memperoleh lisensi olahraga pertamanya, dengan nomor 17.182 dari asosiasi sepakbola Funchal dan menyelesaikan strip biru muda bersama Andorinha. Klub lokal itu punya sejarah panjang sejak didirikan 6 Mei 1925. Nama Andorinha merupakan bahasa Portugal untuk burung layang-layang. Berdasarkan legenda setempat, diambil ketika tendangan hebat seorang pesepakbola yang diikuti terbangnya burung layang-layang.

Guru sekolah dasar Francisco Afonso, yang mengajar kakak perempuan Cristiano, Katia, mendedikasikan 25 tahun melatih di liga yunior Madeira. Dia pelatih pertama Ronaldo dan tak pernah melupakan saat kali pertama menyaksikannya di lapangan Andorinha, saat berusia tujuh tahun.


Mulai menapak karier | Cristiano berjuang keras untuk bergabung ke Real Madrid

"Sepakbola adalah seluruh hidup Cristiano," ujar Afonso. "Dia cepat, brilian secara teknik, dan mampu bermain sama baiknya dengan kaki kiri dan kanan. Dia kurus, tapi lebih tinggi daripada anak seusianya. Tanpa diragukan dia sangat berbakat, dia punya bakat alami dalam gennya. Dia selalu mengejar bola, ingin menjadi pemain yang menentukan. Dia selalu sangat fokus, berlatih sama kerasnya seperti saat bertanding. Dan setiap kali tak bisa bermain atau melewatkan pertandingan dia selalu terpukul."

Presiden klub Rui Santos menuturkan anekdot menarik tentang sebuah pertandingan di musim 1993/94. Andorinho versus Camacha, yang saat itu salah satu tim terkuat di pulau itu. Saat jeda Andorinha tertinggal 2-0 dan "Ronaldo begitu putus asa sampai dia tersedu-sedu seperti anak kecil yang mainannya baru saja disita. Di babak kedua, dia masuk lapangan dan mencetak dua gol, dan membawa kemenangan 3-2 untuk tim. Dia tidak ingin kalah. Dia ingin selalu menang dan ketika kalah dia menangis."



Dia dijuluki "si cengeng". Dia sangat mudah menangis dan marah. Kalau rekan setimnya tidak memberinya bola, kalau dia atau pemain lain gagal mencetak gol atau mengumpan, atau jika tim tidak bermain seperti yang ia inginkan



"Itu sebabnya dia dijuluki 'si cengeng'," jelas Dolores. "Dia sangat mudah menangis dan marah. Kalau rekan setimnya tidak memberinya bola, kalau dia atau pemain lain gagal mencetak gol atau mengumpan, atau jika tim tidak bermain seperti yang ia inginkan."

Julukan lain yang diperolehnya adalah "abelhinha", Si Lebah Kecil, karena dia tidak pernah berhenti berlari. Seperti lebah pekerja, dia selalu berlari zig-zag menyusuri lapangan.

"Seorang pemain seperti Ronaldo tidak muncul setiap hari," tambah Rui Santos. "Dan mendadak begitu muncul, Anda akan sadar dia seorang calon bintang. Berbeda dari kebanyakan anak lain yang Anda pernah saksikan."

Sayangnya Andorinha merupakan salah satu tim terlemah di liga dan ketika mereka menghadapi tim-tim seperti Maritimo, Camara de Lobos, atau Machico, pertandingan berjalan berat sebelah. Ronaldo sampai tidak mau bermain karena sudah tahu timnya akan kalah. Tapi ayahnya akan datang ke rumah, menghiburnya, dan membujuknya mengenakan seragam dan sepatu untuk bergabung dengan tim di lapangan.

Hanya yang lemah menyerah, dia bilang demikian. Dan itulah pelajaran yang tak pernah dilupakan Ronaldo kecil.
  • Buku baru Luca Caioli, "Ronaldo: The Obsession for Perfection", diterbitkan oleh Corinthian Books dan sudah dijual bebas. Pesan di sini!
Thx For :
www.corinthianbooks.net
www.goal.com

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar