1. Pele (Brasil)
Pele
pertama kali muncul di Piala Dunia pada tahun 1958 sebagai pemain muda
berumur 17 tahun. Dia mencetak gol pertamanya di Piala Dunia ketika
bermain melawan Wales di perempat-final, pertandingan keduanya di Piala
Dunia. Saat usianya baru menginjak 17 tahun 239 hari, Pele dinobatkan
sebagai pencetak gol termuda dalam sejarah Piala Dunia. Kehebatan Pele
semakin terlihat ketika mencetak hattrick di pertandingan semi final
melawan Prancis. Sampai sekarang, Piala Dunia 1958 di Swedia dikenang
sebagai awal karier sang legenda. Tak berlebihan rasanya jika FIFA
sampai menjulukinya sebagai King of Football.
Pernah
mencetak delapan gol dalam satu pertandingan pada tahun 1964, Pele juga
mencatatkan diri sebagai pemain yang pernah enam kali mencetak lima gol
dalam satu pertandingan, 30 kali quattrick, dan tak kurang dari 92 kali
hattrick. Sepanjang kariernya, Pele membukukan 1.281 gol dalam 1.363
pertandingan.
2. Diego Armando Maradona (Argentina)
Rasanya
tak ada satupun pemain sepakbola selain Maradona yang dipuja layaknya
Tuhan. Bagi sebagian besar orang, Maradona merupakan pemain terhebat
sepanjang masa dan bukannya Pele, yang mendapatkan gelar tersebut secara
resmi oleh FIFA.
Walaupun
hidupnya dipenuhi kontroversi, mulai dari gol Tangan Tuhan, kecanduan
alkohol dan penggunaan obat-obatan terlarang, hingga akhirnya harus
diusir dari Piala Dunia 1994, Maradona selalu dipuja oleh penggemarnya.
Piala
Dunia Meksiko 1986 merupakan momen terbaiknya dengan beberapa momen
yang tak mungkin terlupakan. Momen terbaiknya tentu saja ketika Maradona
mendribel bola dari tengah lapangan melewati lima pemain Inggris
sebelum akhirnya mencetak sebuah gol yang kelak disebut sebagai gol
terbaik sepanjang masa.
Gol yang dicetak ketika melawan Inggris
di perempat final Piala Dunia 1986 tersebut begitu indah, dan momen itu
adalah yang terbaik dalam kariernya yang membuatnya dianggap Tuhan oleh
sebagian orang Argentina yang mendirikan Gereja Maradona.
Semua
orang akan selalu mengingat kata-kata yang diucapkan sambil menangis
oleh komentator Victor Hugo Morales ketika terjadi gol terindah
sepanjang masa itu, “Gracias, Dios. Por el futbol, por Maradona, por
estas lagrimas.. (Terima kasih Tuhan, untuk sepakbola, untuk Maradona,
dan untuk airmata ini..)”
3. Franz Beckenbauer (Jerman)
Dalam
sejarah, hanya ada dua orang yang berhasil meraih gelar Piala Dunia
sebagai pemain maupun pelatih, yaitu Mario Zagallo dan Franz
Beckenbauer. Beckenbauer yang dijuluki Der Kaizer atau sang Kaisar lebih
melegenda karena dia dianggap sebagai pemain belakang terbaik dalam
sejarah ketika menjadi pemain.
Beckenbauer
sukses memimpin Jerman Barat menjadi juara Piala Dunia 1974, hanya tiga
tahun setelah dipilih sebagai kapten tim. Di Piala Dunia terakhirnya
ini pula Beckenbauer tercatat sebagai kapten pertama yang mengangkat
Piala Dunia dengan desain yang terbaru, menggantikan piala Jules Rimet
yang dimiliki secara permanen oleh Brasil pada 1970.
Pada Piala
Dunia 1990 di Italia, Beckenbauer kembali mengangkat Piala Dunia, kali
ini sebagai pelatih timnas Jerman. Sebelumnya di Piala Dunia 1986,
Beckenbauer juga sukses membawa Jerman ke final hingga akhirnya
dikalahkan oleh Argentina dengan sang ikonnya, Diego Maradona. Rasanya
prestasi sang legenda akan sulit diulang oleh orang Jerman manapun,
entah sampai kapan.
4. Johan Cruyff (Belanda)
Jika
ada pertanyaan siapakah legenda terbesar Belanda di Piala Dunia,
jawaban yang paling tepat tentu bukan Marco van Basten atau Ruud Gullit,
tetapi Johan Cruyff. Cruyff memang tidak pernah membawa Belanda
menjuarai satu turnamen pun sepanjang kariernya. Kesuksesan terbesarnya
hanya membawa timnya menjadi runner-up Piala Dunia 1974, satu-satunya
Piala Dunia sepanjang kariernya.
Namun,
kehadirannya di turnamen itu dan kesuksesannya memimpin Belanda ke
tempat tertinggi dalam sejarah keikutsertaan mereka di Piala Dunia
dengan permainan total football yang sangat dahsyat itu membuat sosok
Cruyff rasanya layak disandingkan dengan legenda-legenda seperti Pele,
Diego Maradona, dan Franz Beckenbauer.
Visinya yang luar biasa
dan kreatifitasnya sebagai playmaker tim Oranje membawa Cruyff menjadi
salah satu pemain terbesar Piala Dunia. Total Football, permainan
menyerang yang sangat indah yang diusung Belanda di 1974 itu memang yang
membantunya melegenda hingga saat ini. Dia adalah legenda terbesar
Belanda sampai saat ini, dan total football yang dipimpinnya tak akan
pernah terlupakan.
5. Michel Platini (Prancis)
Tahukah
Anda, Prancis gagal tampil di dua Piala Dunia berturut-turut, yaitu
1970 dan 1974? Ya, tim ayam jago ini memang selalu gagal lolos ke babak
final Piala Dunia sejak 1966, hingga akhirnya seorang Michel Platini
yang mengenakan nomor punggung 10 dan berperan sebagai playmaker di
timnas Perancis membawa negaranya kembali lolos ke Piala Dunia pada
tahun 1978.
Platini
pula yang membawa Prancis meraih prestasi cukup membanggakan di dua
Piala Dunia selanjutnya, yaitu Piala Dunia 1982 dan Piala Dunia 1986.
Dengan kemampuannya membaca permainan, teknik tinggi, dan ketajamannya
di depan gawang lawan, Platini membawa Perancis meraih posisi keempat
Piala Dunia 1982 dan peringkat ketiga Piala Dunia 1986.
Sejak
kehadiran Platini pula Prancis diperhitungkan sebagai salah satu tim
berbahaya di daratan Eropa, apalagi setelah keberhasilannya membawa
Perancis menjadi juara Eropa pada tahun 1984. Walaupun Platini tidak
berhasil mengangkat gelar Piala Dunia sepanjang kariernya, namun Platini
tetap dianggap sebagai salah satu pemain legendaris Piala Dunia.
6. Ferenc Puskas (Hungaria)
Ferenc
Puskas adalah pemain terbaik yang pernah dimiliki Hungaria, sang
penguasa sepak bola dunia pada awal 1950-an. Tim yang saat itu berjuluk
“Magical Magyars” ini adalah salah satu tim terbaik yang pernah ada di
dunia, namun sayangnya tak pernah menjuarai Piala Dunia.
Satu-satunya
Piala Dunia yang diikuti Puskas bersama Hungaria adalah Piala Dunia
1954 di Swiss. Pada saat itu, Hungaria adalah salah satu tim favorit
juara. Kekuatan utama Hungaria pada saat itu adalah lini depannya yang
menakutkan, terutama sang bintang Ferenc Puskas.
Walaupun tubuhnya
pendek kekar dan kurang kuat di udara, catatan golnya bersama tim
nasional benar-benar luar biasa, 83 gol dari 84 penampilan.
Pada
Piala Dunia 1954 itu, Hungaria berhasil mencapai final dan menantang
Jerman yang pada penyisihan dikalahkan 8-3. Hampir semua orang yakin
Hungaria akan menang mudah pada partai final ini. Namun, pada
kenyataannya mereka harus menerima kekalahan 3-2 walaupun telah unggul
dua gol terlebih dahulu di awal pertandingan.
Puskas yang pada
pertandingan itu belum 100 persen fit karena cedera berhasil mencetak
satu gol. Walaupun harus menelan kegagalan besar itu, Hungaria harus
bangga karena Puskas diakui sebagai salah satu pemain terbaik dalam
sejarah Piala Dunia.
7. Ronaldo (Brasil)
Inilah
striker terbaik yang dimiliki Brasil dalam dua dekade terakhir. Ronaldo
Luis Nazario de Lima atau yang biasa disebut Ronaldo adalah pemegang
rekor pencetak gol terbanyak di Piala Dunia hingga saat ini.
Pertama
kali muncul di Piala Dunia 1994 sebagai seorang anak muda berumur 17
tahun, Ronaldo mencapai puncak kejayaannya di Piala Dunia pada tahun
2002 ketika Brasil sukses menjadi juara dunia untuk kali kelima. Ronaldo
menjadi bintang turnamen, mencatatkan delapan gol untuk mendapatkan
sepatu emas yang merupakan simbol pencetak gol terbanyak.
Ronaldo
mencatatkan namanya dalam sejarah Piala Dunia ketika mencetak satu gol
di pertandingan babak 16 besar Piala Dunia 2006 Brasil melawan Ghana.
Gol tersebut merupakan gol ke-15 Ronaldo di Piala Dunia, memecahkan
rekor 14 gol Gerd Mueller yang telah bertahan selama lebih dari tiga
dekade.
Selain itu, dirinya tercatat sebagai pemain ke 20 yang
mampu mencetak gol di tiga kesempatan Piala Dunia, dan pemain kedua
setelah Juergen Klinsmann yang mampu mencetak minimal tiga gol dalam
masing-masing Piala Dunia di tiga kesempatan. Tak salah jika orang
menjulukinya sebagai sang Fenomena.
8. Lothar Matthaeus (Jerman)
Lothar
Matthaeus adalah pemegang rekor penampilan terbanyak di Piala Dunia,
yakni 25 pertandingan dalam lima Piala Dunia berturut-turut. Dia adalah
satu-satunya pemain, selain kiper Mexico Antonio Carbajal, yang mampu
bermain di lima Piala Dunia sepanjang kariernya.
Walaupun perannya
tidak terlalu terasa di Piala Dunia 1982, Matthaus menjadi pemain
penting bagi Jerman di Piala Dunia 1986. Beckenbauer yang saat itu
menjadi pelatih mempercayakan satu posisi di lini tengah Jerman diisi
oleh Matthaeus, yang saat itu bahu-membahu bersama Felix Magath di
posisi tersebut.
Jerman
berhasil dibawanya melaju ke final sebelum akhirnya dihancurkan
Argentina 3-2. Mengecewakan memang, tetapi itulah awal kesuksesan besar
Matthaeus. Menjadi kapten sejak tahun 1987, Matthaeus sukses membawa
Jerman menjadi juara di Piala Dunia 1990.
Sukses Jerman ini tak
lepas dari peran sentral Matthaeus di lini tengah, dan hasilnya
Matthaeus diganjar berbagai penghargaan individual, seperti Pemain
Terbaik Jerman 1990, Pemain Terbaik Eropa 1990, dan Pemain Terbaik Dunia
1990. Satu tahun kemudian, dia menjadi pemain pertama yang meraih FIFA
World Player.
9. Eusebio (Portugal)
Jauh
sebelum era Luis Figo apalagi Cristiano Ronaldo, Portugal memiliki
seorang legenda bernama Eusebio. Kelebihan pemain yang berjuluk Black
Panther ini adalah akselerasi dan dribelnya yang seperti kucing,
ditambah lagi dengan kemampuannya dalam menembak bola ke gawang.
Terlahir
di Mozambik, Eusebio dapat disebut sebagai pemain terhebat yang pernah
dimiliki Portugal sampai saat ini berkat penampilan gemilangnya di Piala
Dunia 1966. Eusebio membawa Portugal meraih posisi ketiga di akhir
turnamen sekaligus mencatatkan namanya sebagai pencetak gol terbanyak
turnamen tersebut, sehingga berhak membawa pulang sepatu emas. Berkat
sembilan gol yang dicetaknya sepanjang Piala Dunia 1966 itu pula
membuatnya mendapatkan gelar pemain terbaik di turnamen tersebut.
Momen
terbaiknya tentu saja terjadi di pertandingan melawan Korea Utara di
babak perempat-final. Tertinggal tiga gol terlebih dahulu, Portugal
akhirnya bangkit lewat empat gol yang dicetak Eusebio hingga akhirnya
mampu menang 5-3 di akhir pertandingan.
“Piala Dunia 1966
merupakan titik tertinggi dalam karier saya. Kami mungkin kalah di semi
final, namun sepakbola Portugal adalah pemenang besar,” ujar sang
legenda.
10. Bobby Charlton (Inggris)
Bobby
Charlton adalah ksatria sejati Inggris. Mungkin jika Charlton tidak
pernah ada, Inggris juga tidak akan pernah menjuarai satupun turnamen
internasional. Ya, gelar Piala Dunia 1966 yang diraih Inggris memang
tidak lepas dari peran penting Bobby Charlton di lini depan.
Dengan
tinggi hanya 173 cm, Charlton sangat mengandalkan kecepatannya untuk
memimpin penyerangan Inggris di Piala Dunia 1966. Tidak hanya mampu
mendistribusikan bola dengan luar biasa, Bobby Charlton juga memiliki
insting mencetak gol yang luar biasa. Rekor 49 gol dalam 105 penampilan
bersama Inggris masih menjadi rekor gol terbanyak dalam sejarah Inggris,
yang bahkan tidak mampu disamai oleh Gary Lineker sekalipun.
Charlton
berpartisipasi di empat Piala Dunia. Walaupun tidak diturunkan sama
sekali di Piala Dunia 1958, Bobby Charlton menjadi tumpuan timnas
Inggris di tiga Piala Dunia selanjutnya. Puncaknya tentu saja ketika
Charlton membawa Inggris menjadi juara Piala Dunia pada tahun 1966. Saat
itu Charlton berumur 28 tahun, umur emas bagi seorang pesepakbola.
Di
final melawan Jerman, Charlton harus bertarung melawan Beckenbauer
muda, yang akhirnya harus mengakui kehebatan Sir Bobby. “Inggris mampu
mengalahkan kami di 1966 karena Charlton hanya sedikit lebih baik
daripada saya pada saat itu,” puji Sang Kaisar.
Sumber:Alfi-fadlan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar